Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2019

Gadis itu senang menggoda Galih

Katanya, Galih pernah disakiti cewek dulu. Makanya ia menyimpan dendam pada cewek-cewek lainnya. la terus melampias- kan dendam itu dengan membabi buta. Dan Restu salah satu korban berikutnya. Tuhaaannn… kadang Restu sibuk bertanya-tanya sendiri. Kenapa tega Galih melakukan keisengan yang berlanjut. padanya? Apa salah Restu? Sungguh tak adil kalau ia menimpakan dendam butanya pada Restu juga? la yang tak sedikit pun turut andil pada kepahitan masa lalunya kenapa harus menerima kelimpahan kesu- matnya? Terlebih, karena Restupun sedang ke cewa. Dicairinya Galih untuk membuncah kan segala kemarahannya. Dicairinya Galih untuk membuncah kan segala kemarahannya Hasilnya tadi itu, ketika Galih terlihat sedan ngumpul bareng genggnya, suatu realitas pahit dan getas. Restu bisa menghela nafas sepenuh dada, me ganti kepengapan yang menyumbat ng sa. Satu kenyataan yang membuat mulut Restu jadi kelu ketika pada suatu malam gadis itu melihat Galih menggandeng mesra seorang gadis

Enak banget ia menggandeng Restu

Restu tak bisa membenci Galih. Tak bis Seiring kesadaran lain yang muncul dihati gadis itu. Toh marahpun tak ada artinya buat Galih. Dia tetap cuek dan tak peduli atau merasa berdosa pada apa yang tlah dia lakukan pada Restu. Percuma saja Restu marah. Laksana marahin batu Nggak ada gunanya! Akhirnya Restu hanya bisa marah pada diri sendiri. Pada kelemahan dan kele- ngahannya. Dan mungkin itu porsi yang mau tak mau harus ia terima. Seperti menelan pil pahit. Atau seperti orang mabuk yang terus saja nenggak air comberan. Sudah tahu pahit dan merusak tetap saja ditenggak juga. Akhirnya kembali ditun- tunnya kesabaran, tuk menyikapi semua yang tlah terjadi antara dia Galih dengan kelapangan dan kebesaran hati. kini rasa itu hanya jadi milik sendiri ketika saling berbenturan Restu nggak tahu kini, apa mesti pantas marah? Menangis? Menyesal atau sebalilk nya, bahagia saja, karena bagaimana pun ia pernah menyayangi Galih. Dan mungkin rasa sayang itu masih dan akan t

Rasa sayangnya, belai dan candanya

Bukan salaman,t meraihnya dalam genggaman erat ap "Lo tahu darimana? Semalem ngela ya?" "Dee rambutku penuh gemas. lagak lo tuh," Risa mengacak-acak lo permah deket sama "Katanya dulu seseorang ya?" Dugg! Terasa ada yang menghantam keras jantungku. Jangan-jangan Risa tahu tentang yang pernah terjadi antara aku dan Adi. Kalau itu benar, betapa malunya. Itu hanya sebuah ketololan. Wah, gosip. Baca di koran mana?" aku mencoba menanggapi dengan canda. Risa tertawa. Si kuncung." Sialan. Aku melotot. Tapi tawanya malah kian lepas. Tapi bener khan? Gimana sekarang?" Garing lo ah" tepisku sedikit nyengir Lo sendiri, sudah berapa puluh cew lo?" gantian aku yang balik memancing. Nggak berpuluh-puluh kok.  Rasa sayangnya, belai dan candanya Cukup satu saja tapi gue suka," tidak disangka, ngo- mong begitu mimiknya serius banget. Aku jadi penasaran. Rupanya diam-diam, tengah nyari incaran. Surprise! Cewek s

Perlakuan yang juga sering ia lakukan padaku

Risa menyungging senyum. Kurasa agak sumir dan aneh. Tapi aku nggak sempat berpikir jauh. Kenapa Ris? Lo kayaknya kusut banget? Something wrong?" kucoba untuk tetap care, seperti dulu. Risa mendengus. ini mulai menghindari gue Su," cetusnya. juga dia toh. "Cewek yang lagi gue deketin akhir-akhi "Kok?" aku terbengong. Masih pedekate "Dia cemburu melihat keakraban gue sama sepupu gue. Padahal salahnya sendiri kenapa nggak pernah nanya." "Emang, dari dulu lo masih pedekate terus sama tu cewek Ris? Belon jadi juga? Alot banget," komentarku basa-basi. ti Abis, dianya menghindar terus. seper nya ia nggak şuka sama gue," tetap membagi perhatiannya padaku? Entahlah. Padahal sebenarnya nggak perlu. Gadis yang kulihat malam itu di Jogja plaza akhir-akhir ini semakin kulihat. la sering menjemput Risa dengan sedan cadilacnya. Hampir setiap hari. Dan itu jadi mengurangi kegiatan kami naik bis sepulang sekolah. Seri

Pantesan, ngumpetnya di perpust in

Ini lang sung serang saja, kayak pasukan PBB yang menyerang tentara Irak," jawab saya santai. Senyum bermain di bibir saya. Sengaja pingin meledeknya. Kalau soal itu, bukan salah saya. Ronald yang datang sama saya, merayu saya, ngajak bercinta, yaaa… saya nggak bisa nolak dong. Terang saya kejam. Tanpa perasaan. Sampai gigi Trishia gemelutuk menahan marah. Lalu ia kembali merangsek mau menjambak saya lagi. Saya kali ini sudah siap banget dengan serangan fajar yang mendadak dari dia. Dengan gesit saya kunci tangannya hingga ia tak bisa bergerak. Terjadi adegan laga sesaat. Tapi kemudian teman-teman menghalau dan memisahkan arena perke- lahian. Pantesan, ngumpetnya di perpust in Saya lihat Trishia meronta-ronta minta lepas. Kayaknya belum puas sama saya. Terdengar makiannya yang ramai menye butkan segala macam binatang dan kata-kata jelek lainnya. Sampai saya mumet sendiri Terburu-buru saya mengayun langkah me ninggalkan keramaian sialan itu. Dasar