Katanya, Galih pernah disakiti cewek dulu.
Makanya ia menyimpan dendam pada cewek-cewek lainnya.
la terus melampias- kan dendam itu dengan membabi buta.
Dan Restu salah satu korban berikutnya.
Tuhaaannn… kadang Restu sibuk bertanya-tanya sendiri.
Kenapa tega Galih melakukan keisengan yang berlanjut.
padanya? Apa salah Restu? Sungguh tak adil kalau ia menimpakan dendam butanya pada Restu juga? la yang tak sedikit pun turut andil pada kepahitan masa lalunya kenapa harus menerima kelimpahan kesu- matnya? Terlebih, karena Restupun sedang ke cewa.
Dicairinya Galih untuk membuncah kan segala kemarahannya.
Restu bisa menghela nafas sepenuh dada, me ganti kepengapan yang menyumbat ng sa.
Satu kenyataan yang membuat mulut Restu jadi kelu ketika pada suatu malam gadis itu melihat Galih menggandeng mesra seorang gadis.
Sekilat cowok itu sempat memergoki tatapannya, tapi seperti tidak mengenalinya ia cuek saja meneruskan langkah menggandeng mesra cewek beram but ikal sebahu.
ra Restu tak kuasa untuk menjerit, protes atau memaki sepasang merpati yang ber- gerak menjauh itu.
Semua hanya sampai dalam dada.
Teriaknya hanya menderu pe rih dalam sanubari.
Sejak peristiwa itu Galih tak muncul muncul lagi di rumah.
Tak ditemukannya juga di tempat biasa ia nongkrong b gengnya.
Galih sepertinya memang sengaja menghindari Restu.
Mungkin ia menga takan putus dengan caranya ini.
terasa mengiris kalbu.
Kenapa Galih mela kukan semua itu justru ketika diha mulai tumbuh rasa sayang yang t bersahaja untuknya? Tak mampu ia meis ti Restu tulus dan "Oh.
ya, lupa.
Matamu kan rabun ayam.
Sialan!" Mata Restu mendelik bulat bulat Galih tertawa halus seraya memeluk ke pala Restu dalam rengkuhnya.
Lalu mema kaikan kembali kaca mata minus Restu.
Perlakuan lembut yang Restu suka.
Yang selalu menimbulkan rindu kalau tak ber temu barang sehari saja.
Ya, Galih memang paling getol ngapel Hampir tiap malam ia bertandang ke rumah Restu.
Tak bosan-bosannya tuh cowok untuk berdekatan dengan restu.
Kadang suka ju- tek, kadang juga suka bawel mengomentar kerajinan Galih datang ngapel.
Paling seneng sih bila sudah tak acuh.
Restu suka bila melihat ekspresi menyedihkan dari raut badung itu.
"Kamu kayaknya nggak suka deh aku da- tang.
Ya udah, aku mau pulang lagi!" Balik gih sana!" Restu pura-pura cuek "Yap! Balik kanan ..
grak!" tu Galih tertawa seraya meraup bibir Res pangkuan Restu.
Kayak anak kecil yans Glang Pahlawan dengan tangannya.
Lalu seperti su tas terbiasa, ia meluruhkan kepalanya ke Dan Restu bukan type cewek badtu sejati yang bisa cuek dan melupakan pe rasaan.
Galih telah menggombalinya dengan kata-kata cinta walau Restu tak memper- cayainya.
la masih bisa berpikir rasional bahwa cinta tak akan tumbuh secepat itu Terlebih, ia tak biasa mendapatkan per- nyataan instant dari Galih.
Makanya ia menyimpan dendam pada cewek-cewek lainnya.
la terus melampias- kan dendam itu dengan membabi buta.
Dan Restu salah satu korban berikutnya.
Tuhaaannn… kadang Restu sibuk bertanya-tanya sendiri.
Kenapa tega Galih melakukan keisengan yang berlanjut.
padanya? Apa salah Restu? Sungguh tak adil kalau ia menimpakan dendam butanya pada Restu juga? la yang tak sedikit pun turut andil pada kepahitan masa lalunya kenapa harus menerima kelimpahan kesu- matnya? Terlebih, karena Restupun sedang ke cewa.
Dicairinya Galih untuk membuncah kan segala kemarahannya.
Dicairinya Galih untuk membuncah kan segala kemarahannya
Hasilnya tadi itu, ketika Galih terlihat sedan ngumpul bareng genggnya, suatu realitas pahit dan getas.Restu bisa menghela nafas sepenuh dada, me ganti kepengapan yang menyumbat ng sa.
Satu kenyataan yang membuat mulut Restu jadi kelu ketika pada suatu malam gadis itu melihat Galih menggandeng mesra seorang gadis.
Sekilat cowok itu sempat memergoki tatapannya, tapi seperti tidak mengenalinya ia cuek saja meneruskan langkah menggandeng mesra cewek beram but ikal sebahu.
ra Restu tak kuasa untuk menjerit, protes atau memaki sepasang merpati yang ber- gerak menjauh itu.
Semua hanya sampai dalam dada.
Teriaknya hanya menderu pe rih dalam sanubari.
Sejak peristiwa itu Galih tak muncul muncul lagi di rumah.
Tak ditemukannya juga di tempat biasa ia nongkrong b gengnya.
Galih sepertinya memang sengaja menghindari Restu.
Mungkin ia menga takan putus dengan caranya ini.
terasa mengiris kalbu.
Kenapa Galih mela kukan semua itu justru ketika diha mulai tumbuh rasa sayang yang t bersahaja untuknya? Tak mampu ia meis ti Restu tulus dan "Oh.
ya, lupa.
Matamu kan rabun ayam.
Sialan!" Mata Restu mendelik bulat bulat Galih tertawa halus seraya memeluk ke pala Restu dalam rengkuhnya.
Lalu mema kaikan kembali kaca mata minus Restu.
Perlakuan lembut yang Restu suka.
Yang selalu menimbulkan rindu kalau tak ber temu barang sehari saja.
Ya, Galih memang paling getol ngapel Hampir tiap malam ia bertandang ke rumah Restu.
Tak bosan-bosannya tuh cowok untuk berdekatan dengan restu.
Gadis itu senang menggoda Galih
Gadis itu senang menggoda Galih.Kadang suka ju- tek, kadang juga suka bawel mengomentar kerajinan Galih datang ngapel.
Paling seneng sih bila sudah tak acuh.
Restu suka bila melihat ekspresi menyedihkan dari raut badung itu.
"Kamu kayaknya nggak suka deh aku da- tang.
Ya udah, aku mau pulang lagi!" Balik gih sana!" Restu pura-pura cuek "Yap! Balik kanan ..
grak!" tu Galih tertawa seraya meraup bibir Res pangkuan Restu.
Kayak anak kecil yans Glang Pahlawan dengan tangannya.
Lalu seperti su tas terbiasa, ia meluruhkan kepalanya ke Dan Restu bukan type cewek badtu sejati yang bisa cuek dan melupakan pe rasaan.
Galih telah menggombalinya dengan kata-kata cinta walau Restu tak memper- cayainya.
la masih bisa berpikir rasional bahwa cinta tak akan tumbuh secepat itu Terlebih, ia tak biasa mendapatkan per- nyataan instant dari Galih.
Comments
Post a Comment